Senin, 28 Februari 2011

tentang Paul Mauriat

Paul Mauriat (Marseilles, 4 Maret 1925 – 3 November 2006 di Perpignan) adalah seorang dirigen Perancis yang mengkhususkan diri dalam musik ringan.

Ia paling dikenal karena adi karyanya pada 1968 "L'Amour est bleu" ("Love is Blue"), yang ditulis oleh André Popp dan aslinya direkam oleh Vicky Leandros, yang menjadi hit #1 di Amerika Serikat.

Mauriat dibesarkan di Marseilles dan mulai memimpin bandnya sendiri selama Perang Dunia II. Pada 1950-an ia menjadi direktur musik dari sekurang-kurangnya dua orang penyanyi Perancis terkenal, Charles Aznavour dan Maurice Chevalier, dan mengadakan tur bersama mereka.

Pada 1957, Mauriat menerbitkan piringan hitamnya yang pertama Paul Mauriat, sebuah rekaman empat trek. Antara 1959-1964 Mauriat merekam sejumlah album dengan label rekaman Bel-dengan nama Paul Mauriat et Son Orchestre, serta menggunakan pula sejumlah nama samaran seperti Richard Audrey, Nico Papadopoulos, Eduardo Ruo dan Willy Twist, untuk lebih mencerminkan cita rasa internasional rekaman-rekamannya. Pada masa ini, Mauriat juga menerbitkan sejumlah rekaman dengan Les Satellites. Di sini ia secara kreatif membuat aransemen dukungan harmoni vokal untuk album-album seperti Slow Rock and Twist, (1961), A Malypense (1962) dan Les Satellites Chantent Noel (1964).

Mauriat menciptakan musik untuk sejumlah film Perancis (juga dirilis dengan label Bel-Air) termasuk Un Taxi Pour Tobrouk (1961), Horace 62 (1962) dan Faits Sauter La Banque (1964).

Ia menulis lagunya yang pertama dengan André Pascal. Pada 1958 mereka memperoleh hadiah dalam Coq d'or De La Chanson Francaise dengan lagu Rendez-vous au Lavendou. Dengan menggunakan nama samaran Del Roma, Mauriat berhasil mencetak hit internasionalnya yang pertama dengan Chariot, yang ditulisnya bersama teman-temannya Franck Pourcel (ko-komponis), Jacques Plante (lirik bahasa Perancis) dan Raymond Lefevre (komposisi orkestra). Di AS lagunya direkam dengan judul I will Follow Him oleh Little Peggy March dan menempati tangga lagu pertama di Billboard dalam semua kategori selama 3 minggu.

Pada 1992 lagunya ditampilkan dalam film Sister Act, yang dibintangi Whoopi Goldberg. Yang paling mutakhir, Eminem memasukkan beberapa birama dalam lagunya, Guilty Conscience.

Antara 1967 dan 1972 ia menulis banyak lagu untuk Mireille Mathieu; Mon Credo (terjual 1.335.000 keping), Viens dans ma rue, La premiere etoile, Geant, dan masih banyak lagi, dan menyumbangkan 130 aransemen lagu untuk Charles Aznavour.

Pada 1965 Mauriat membentuk Le Grand Orchestre de Paul Mauriat, dan menerbitkan ratusan rekaman dan kompilasi dengan label Philips selama 28 tahun berikutnya. Pada 1994 ia meandatangani kontrak dengan perusahaan rekaman Jepang Pony Canyon, dan merekam ulang beberapa dari lagu hitnya yang terbesar serta menulis sejumlah komposisi baru. Mauriat merekam banyak dari albumnya ini di Paris dan London, dengan menggunakan sejumlah musikus klasik Inggris dalam rekaman-rekamannya.

Selama beberapa dasawarsa, salah satu komposisi Mauriat dimainkan sebagai ilustrasi musik untuk laporan cuaca di acara berita saluran televisi utama Uni Soviet.

Banyak dari rekaman Mauriat adalah komposisi ulang dari lagu-lagu dan musik komponis-komponis lainnya. Mauriat sangat mengandalkan alat musik gesek dan synthesiser untuk menciptakan musik yang menarik. Aransemennya biasanya sangat cerah dan banyak menggunakan perkusi untuk memberikan gaya pertunjukan yang agung. Dalam konser-konser hidupnya pada tahun 1970-an dan 1980-an, Mauriat sering menggunakan penyanyi untuk memberikan dukungan bagi nomor-nomor seperti Penelope, Love is Blue dan bagian World Melody yang diaransemennya untuk konsernya pada 1980 dan 1982.

Mauriat memberikan pertunjukan terakhirnya pada 1998 di Osaka, namun orkestranya terus mengadakan tur keliling dunia dan telah dua kali mengunjungi Tiongkok. Di antara rekaman-rekamannya yang paling terkenal adalah L'amour est bleu, El Bimbo, Toccata dan Penelope.

Pada 2002 penulis dan komentator, Serge Elhaik menerbitkan sebuah biografi resmi tentang kehidupan Mauriat Une vie en bleu ([1]).

Bekas pianis utama Mauriat, Gilles Gambus, menjadi dirigen orkestranya pada 1999 dan memimpin sejumlah tur yang sukses ke Jepang, Tiongkok, dan Rusia. Gambus telah bekerja sama dengan Mauriat selama lebih dari 25 tahun.

Pada 2005, seorang pemain French Horn klasik, Jean-Jacques Justafre menggantikannya sebagai dirigen orkestranya, dan memimpin sejumlah tur yang sukses ke Jepang dan Korea pada akhir 2005.

[sunting] Diskografi (dirilis sebagai Paul Mauriat)
Paris by Night (1961)
Plays Standards (1963)
Paul Mauriat Joue pour les Enfants (1963)
Album No 1 (1965)
Russie De Toujours (1965)
Album No 2 (1965)
Album No 3 (1966)
Prestige de Paris (1966)
Album No 4 (1966)
Bang, Bang (1966)
Album No 5 (1967)
Noëls (1967)
Album No 6 (1967)
Love Is Blue (1968)
Latin Nights (1968)
Mauriat Slows (1968)
Rain and Tears (1968)
Cent Mille Chansons (1968)
Rhythm and Blues (1968)
Je T'aime...Moi Non Plus (1969)
Un Jour, Un Enfant (1969)
Vole, Vole, Farandole (1969)
Paul Mauriat Joue Chopin (1970)
C'est La Vie... Lily (1970)
Gone is Love (1970)
Comme J'ai Toujours Envie D'aimer (1970)
Paloma Embriagada (1970)
Un Banc, Un Arbre, Une Rue (1971)
Mamy Blue (1971)
Penelope (1971)
El Condor Pasa (1971)
Tombe La Neige (1971)
Apres Toi (1972)
L'Avventura (1972)
Last Summer Day (1972)
Paul Mauriat Joue Les Beatles (1972)
Le Lac Majeur (1972)
Forever and Ever (1973)
Nous Irons à Vérone (1973)
Last Tango In Paris (1973)
Good bye, My Love, Good bye (1973)
White Christmas (1973)
Retalhos de Cetim (1974)
Je Pense à Toi (1974)
Le Premier Pas (1974)
I Won't Last a Day Without You (1974)
Have You Never Been Mellow? (1974)
L'Été Indien (1975)
Entre Dos Aguas (1975)
The Best of Paul Mauriat - 10 Years with Philips (1975)
From Souvenirs to Souvenirs (1975)
Lili Marlene (1975)
Love Sounds Journey (1976)
Michelle (1976)
Love Is Still Blue (1976)
Il Était une Fois... Nous Deux (1976)
Chanson D'amour (1977)
C'est La Vie (1977)
Hymne à l'Amour (1977)
Brasil Exclusivamente (1977)
L'Oiseau et l'Enfant (1977)
Overseas Call (1978)
Dans les Yeux d'Émilie (1978)
Brasil Exclusivamente Vol.2 (1978)
Too Much Heaven (1979)
Nous (1979)
Copacabana (1979)
Aerosong (1980)
Chromatic (1980)
Brasil Exclusivamente Vol.3 (1980)
Reality (1981)
Roma dalla Finestra (1981)
Pour Le Plaisir (1981)
Je n'Pourrais Jamais t'Oublier (1981)
Tout Pour Le Musique (1982)
Magic (1982)
I Love Breeze (1982)
Descendant Of The Dragon (1982)
Wild Spring (1983)
Summer Has Flown (1983)
Olive Tree (1984)
Piano Ballade (1984)
The Seven Seas (1984)
Chromatic (1984)
Transparence (1985)
The Best of Paul Mauriat 2 - 20 Years with Philips (1985)
Classics In The Air (1985)
Windy (1986)
Classics In The Air 2 (1986)
Song For Taipei (1986)
Classics In The Air 3 (1987)
Nagekidori (1987)
Best Of France (1988)
The Paul Mauriat Story (1988)
Serenade (1989)
Iberia (1989)
Remember (1990)
You Don't Know Me (1990)
Gold Concert (1990)
Retrospective (1991)
Nostal Jazz (1991)
Emotions (1993)
The Color Of The Lovers (1994)
Now And Then (1994)
Soundtracks (1995)
Quartet For Kobe (1995)
Escapades (1996)
Cri D'amour (1996)
30th Anniversary Concert (1996)
Romantic (1997)
Sayonara Concert (1998)
I Will Follow Him (2000)
All The Best (2003, di Tiongkok)

Broery Marantika:




Piringan hitam/ phonograph record Broery Marantika

Band 4 Nada Pimp Jadin-A Rijanto


Muka 1
Walau Djauh
Aku Belum Pertjaja
HuHate
Aku Menyesal
Djangan Kau Lupakan Tuhan
Telah Berlalu

Muka 2

Pengantin Baru
Sweet memory
Ouw Ulat e
Pengakuanku
Djalan Hidupku
Aku Sangsi


Remaco, Mutiara Record

Ernie Djohan: Telok Bajur



Terjual

Ernie Djohan
Telok Bayur in Apollo Beat

Side A
Mengapa Tiada Maaf
Telok Bayur
Mari-Mari
Goro-Goro ne
Kau Selalu Di Hatiku
Pakkarenaya

Side B
Rato Denai
Lenggang Kangkong
Kembalilah
Kampong Nan Jauh Di Mato
Keronchong Kemayoran
Mata Ayer


Philpis, PSY 112 247

Tetty Kadi:


Tetty Kadi
Band D’ Strangers
Pimp Eddy Sjam

Side A
Ratapan Anak Tiri
Kau Pilih Jang Lain
Tak Mau Diraju Lagi
Hanyalah Mimpi
Ingkeun Anu Abdi
Teman Baru


Side B
Tjinta palsu
Kasih Diambil Orang
Tak Kuduga
Tak Terlupakan
Aku Telah Pergi
Si Tjebol

Indah Record, 331/3 RPM

Jimmie Rodgers His Golden Year: Hugo Peretti Orchestra



Jimmie Rodgers
His Golden Year: Hugo Peretti Orchestra

Side A
Bimbombey
Because You’re Youngl
Oh-Oh, I’m Falling in Love Again
Woman From Liberia
Are You Really Mine
Kisses Sweeter Than Wine

Side B
Secretly
I’m Never Gonna Tell
The Wizard
The Long Hot Summer
Make me a Miracle
Honey Combs

Roulette R- 25057
331/3 RPM

James Last, Humba-humba A Gogo



James Last

Humba-humba A Gogo

Polydor 249205

Quincy Jones Plays Hip Hits



Quincy Jones Plays Hip Hits
Big band arrangements of Todays Soulful jazz hots

Side Acomin Home Baby
Gravy Walts
Desafinado
Exodus
Cast Your Fate to The Wind
A Taste of Honey


Side B
Back at The Chicken Shack
Jive Samba
Take Five
Walk on The Wild Side
Watermelon Man
Bossa Nova USA


Mercury Stereo 60799

Lilis Surjani: Selamat Tinggal




Lilis Surjani: Selamat Tinggal

Diringi Zaenal Combo di bawah pimpinan Z Arifin

Side A
Bukti Tjintaku
Dimana Kutjari
Sjirik dan Fitnah
Kisah Tjintaku di Singapura
Pandangan Mesra
Selamat Tinggal

Side B
Ibu Tiri
Andaikan Aku Bunga
Sakit hati
Untk Dikau
Kau Dusta
Putus Asa

Fontana Special Record 6418 013

Titiek Sandhora & Muchsin: Aladum




Titiek Sandhora dan Muchsin ”Aladum”
Diiringi OM Serumpun Pimp A Chalik

Side A
Aladum
Cinta Hampa
Sehidup Semati
Seri Tamiang
Pujangga Di Rantau

Side B
Halimun Malam
Sampai Hati
Burung Nuri
Udang Sama Udang
Tari Payung


Indra Record
AKL i59 Indra Record

Ellya dam Munif: Bertemu dan Berpisah




Side 1
Muda-Mudi Sekarang
Bertemu dan Berpisah
Djangan Pura2
Lindungilah
Abang Bertanja
Kita Berdua

Side 2
Tak mau Dimadu
Pantun Dahulu
Bukan Djodoh
Kau Biarkan
Impian Njata
Hadiah dari Medan


Canary Record, Metropolitan, CLP 17017
331/3 RPM

OM Sinar Kemala: Istri Baru




Terpedaja
Gara-garamu
Hadiah Ikatan
Berikanlah
Mendapat Adik
Istri Baru


Pertjobaan Dunia
Pertjajalah
Menjambut Mempelai
Dunia Sekarang
Ingatlah
Pura-Pura Tak Mau

OM Sinar Kemala Pimp A Kadir
Mengiringi Ida Laila- Djamilah- Zubaidah- dan A Kadir
Telstar Record, 331/3 RPM




Feelings
Herb Ohta


Side One
Feelings
Gonna Love You More
Candice
Fragments
Beside me
Kokoro Moyo (Feelings of My Heart)


Side Two
Como Via Voce (How Are You)
Blue Sky
Le Temps De Mon Pere
Quiet Rain
Kalalau (The Garden Isle)
Soleado (When A Child Is Born)


Recorde March, 1975
A&M Records, INC PO BOX 782 Beverly Hills, California 90213

Minggu, 27 Februari 2011

South Pacific



A Original Soundtrack Recording

Rodgers & Hammerstein’s
South Pacific

Side 1
South Pacific Overture
Dites Moi
A Cockeyed Optimist
Twin Soliloquies
Some Enchanted Evening
Bloody Mary
M Girl Back Home
There in Nothin Like a Dame
Bali Ha’i

Side 2

I’am Gonna Wash That Man Right Outa My Hair
A Wonderful Guy
Younger Than Springtime
Happy Talk
Honey Bun
Carefully Taught
This Nearly Was Mine
Finale



Produced Tood Ao
Starring: Rossano Brazzi, Mitzi Gaynor, John Kerr
With Ray Walston
Directed by: Joshua Logan
Produced by: Buddy Adler

Andrianie, Beladjar Sepeda





Side A
Beladjar Sepeda
Bunga Sutji
Djangan Rebut Dong
Ja Mahmud
Ratap dan Tangis
Di Taman Bunga


Side b

Dajung Bersambut
Memori
Kedjam
Kota Kenangan
Anggrek Bulan
Hati Ditusuk Panah


Band D'Strangers Pimp Eddy/Jasir Sjam

Remaco

O M Purnama, Pilihanku




Orkes Melaju ”Purnama Pimp Awab/Abdullah
”Pilihanku”

Side I
Djangan Gusar
Pesta Gila
Tak Setia
Tjinta Tak Bertahan
Pilihanku
Pertjajalah

Side II
Magdalena
Terima kasih
Membatja
Semoga Bahagia
Serba Salah
Aneh bin Adjaib


Remaco, Mutiara Record

Panbers: Gereja Tua





Gereja Tua
Sepucuk Cinta di Pohon Duka
Perempuan dan Sebatang Rokok
Biarlah Berlalu
Hanya Satu
Panggillah Namaku


Mengapa Harus Jumpa
Pubertas
Jangan Lagi
Bila Kukenang
Jeritan Hati
Hey, Kau Dimana

Koes Plus Vol 10




Maafkan Aku
Ketentraman
Belajar Menyanyi
Dia Datang
Terang Bulan
Ayah dan Ibu


Bujangan
Kapan-Kapan
Kr Cincin
Nusantara IV
Untuk Dia
Manusia


Remaco, RLL 209 ML 12 1110
331/3 RPM

tentang Creedence Clearwater Revival

Creedence Clearwater Revival (often abbreviated CCR) was an American rock band that gained popularity in the late 1960s and early 1970s with a number of successful singles drawn from various albums.

The group consisted of lead vocalist, lead guitarist, and primary lyricist John Fogerty, his brother and rhythm guitarist Tom Fogerty, bassist Stu Cook, and drummer Doug Clifford. Their musical style encompassed rock and roll and swamp rock genres. Despite their San Francisco Bay Area origins, they are sometimes also cited as southern rock stylists.

CCR's music is still a staple of American and worldwide radio airplay and often figures in various media. The band has sold 26 million albums in the United States alone. CCR was inducted into the Rock and Roll Hall of Fame in 1993. Read More

Discography

Studio albums

* Creedence Clearwater Revival - Self Titled
* Creedence Clearwater Revival - Bayou Country
* Creedence Clearwater Revival - Green River *Credit to Broomstick
* Creedence Clearwater Revival - Willy and the Poor Boys *Credit to Broomstick
* Creedence Clearwater Revival - Cosmo's Factory *Credit to Broomstick
* Creedence Clearwater Revival - Pendulum *Credit to Broomstick
* Creedence Clearwater Revival - Mardi Gras *Credit to Broomstick

Live albums

* Creedence Clearwater Revival - Live in Europe
* Creedence Clearwater Revival - The Concert *Credit to yusron
* Creedence Clearwater Revival - Woodstock Festival 1969 *Credit to yusron


Compilation albums

* Creedence Clearwater Revival - Chooglin' *Credit to Broomstick
* Creedence Clearwater Revival - Creedence Gold
* Creedence Clearwater Revival - More Creedence Gold
* Creedence Clearwater Revival - Chronicle, Vol. 1 *Credit to yusron
* Creedence Clearwater Revival - Hot Stuff
* Creedence Clearwater Revival - The Best of Creedence Clearwater Revival
* Creedence Clearwater Revival - Creedence Country *Credit to Broomstick
* Creedence Clearwater Revival - Chronicle, Vol. 2 *Credit to Broomstick
* Creedence Clearwater Revival - Rollin' on the River
* Creedence Clearwater Revival - 21st Anniversary: The Ultimate Collection (24 Classic Hits)
* Creedence Clearwater Revival - CCR Forever - 36 Greatest Hits
* Creedence Clearwater Revival - At the Movies
* Creedence Clearwater Revival - Creedence Clearwater Revival: Box Set *Credit to Broomstick
* Creedence Clearwater Revival - Creedence Cover The Classics
* Creedence Clearwater Revival - The Complete Hit Album [2 cds] *Credit to yusron

Koes plus Vol 11



Side 1
Nusantara V
Kota Lama
Percayalah
Apa Salahku
Ya Fatimah
Kemana

Side 2
Kusendiri
Jangan Marah
Aku Terharu
Maria
Minggu yang Cerah
Hai kasihku
Remaco, RLL 301 ML 12 1192
331/3 RPM

Titiek Sandhora & Muchsin: Fujiyama



Bersama Band 4 nada Dipimp Jadin dan A Rijanto

Tiada Maaf Lagi
Bole2 Djangan
Tjuma Kata Sadja
Dua Pilihan
Sang Kodok Jadi Penghulu
Itik ku


Bukan Aku Tak Mau
Fujiyama
Si Dungu
Kasih di Musim Semi
Lalu Lintas
Di tepi Danau Tondano

Tentang Broery Marantika

Broery Pesulima atau dikenal juga dengan nama Broery Marantika (lahir di Ambon, 25 Juni 1948 – meninggal di Jakarta, 7 April 2000 pada umur 51 tahun) adalah penyanyi dan komponis dari Indonesia kelahiran Ambon.

Keluarga
Nama aslinya adalah Simon Dominggus Pesulima, selama kariernya ia juga menggunakan nama Broery Marantika yang diambil dari nama keluarga ibunya. Ia dibesarkan oleh keluarga pamannya dari pihak ibunya, Pdt. Simon Marantika. Ayahnya bernama Gijsberth Pesulima sedangkan ibunya bernama Wilmintje Marantika. Broery memiliki tiga saudara yaitu Henky, Freejohn dan Helmi. Helmi Pesulima juga dikenal sebagai seorang penyanyi.
Karier
Salah satu lagunya yang terkenal antara lain adalah Mawar Berduri dan Angin Malam. Ia mengalami stroke pada tahun 1998, setelah itu ia seringkali masuk keluar rumah sakit. Broery meninggalkan seorang istri dan dua orang anak.
Broery menikah pertama kali di Singapura dengan penyanyi setempat yang namanya tersohor di seluruh Asia, Anita Sarawak. Dalam pernikahan itu, Broery menggunakan nama Broery Abdullah. Setelah bercerai, ia kembali menggunakan nama aslinya dan menikahi Wanda Irene Latuperisa. Mereka mempunyai dua orang anak Indonesia Pesulima dan Nabila Methaya Pesulima.
Lagu
• Widuri
• Mengapa Harus Jumpa
• Siti Nurbaya
• Seiring dan Sejalan (duet dengan Sharifah Aini dari Malaysia)
• Selamat Tinggal
• Aku Jatuh Cinta
• Ayah
• Kharisma Cinta
• Aku Orang Tak punya
• Duri Dalam Cinta
• Senja Di Kuala Lumpur
• Sabar Menanti
• Rindumu Rinduku
• Abang Beca
• Kasih
• Biarkan bulan bicara
• Cinta
• Waktu potong Padi
• Sabar Menanti
• Mungkinkah
• Antara Cinta dan Dusta
• Balada seorang Minta-minta
• Alam Jadi saksi
• Senja Kelabu
• July and Romi
• Layu Sebelum Berkembang duet degan Emillia Contessa
• Nasib Pengembara duet dengan Emillia Contessa
• Setangkai Bunga Anggrek duet dengan Emillia Contessa
• Bahasa Cinta duet dengan Vina Panduwinata
• Untuk apa Lagi duet dengan Vina Panduwinata
• Jangan ada dusta di antara kita duet dengan Dewi Yull
• Kharisma Cinta duet dengan Dewi Yull
• Segalaku Untukmu duet dengan Dewi Yull
• Rindu Yang Terlarang duet dengan Dewi Yull
• Dekat Tapi Jauh duet dengan Ziana Zain dari Malaysia
Album
• 2000 "Selamat Tinggal" exclusive solo.
• Cinta Kilat Album Cinta
• The best of Broery Marantika "Hati yang Terluka"
• 30 years in review vol 2 "Daku Cari Jalan Terbaik"
• 30 years in review vol 3 " Angin Malam"
• Best of the best Top Pop vol 2 "Jangan Kau Menangis"
• Persembahanku Album "Untukmu" 1970
• 20 Golden Best "Mawar Berduri"
• "Balada Seorang Biduan"
• Koleksi Hits 1970 - 2000 "Kasih"
• Memories Hit's Broery Marantika "Kaulah Segalanya"
• "Mengapa Harus Bertengkar" duet dgn Dewi Yull.
• Tembang Kenangan vol 5 "Hapuslah Air Matamu"
• Tembang - tembang 1970 "Sepanjang Jalan kenangan"
• Tembang Kenangan "Resah"
• 1989 "Aku Begini kau Begitu" : You're My inspiration : Before You Go.
• 1992 The best collection of Broery Marantika ( Kuala Lumpur Mal: Warner Music WEA )
• 1993 " Dalam Gelora Cinta"
• 15 lagu - lagu slow cinta terlaris 1995 "Kasihku Bukan Cintamu"
Penghargaan
• 1997 Pemenang dengan lagu Surat Untuk Kekasih di Malaysia Official Music Industry Award ( AIM ).
• 1996 Album soundtrack terbaik di Malaysia Hapuslah Air Mata
• 1991 meraih penghargaan dalam enam kategori di Jakarta Music Festival. Broery bernyanyi lagu Once There Was Love
Filmografi
• Matahari Hampir Terbenam - 1971
• Brandal-Brandal Metropolitan - 1971
• Lagu Untukmu - 1973
• Akhir Sebuah Impian - 1973
• Kasih Sayang - 1974
• Bawang Putih - 1974
• Jangan Biarkan Mereka Lapar - 1974
• Hapuslah Air Matamu - 1975
• Wajah Tiga Perempuan - 1976
• Impian Perawan - 1976
• Perempuan Histeris - 1976
• Sesuatu Yang Indah - 1976
• Istriku Sayang Istriku Malang - 1977
Dikutip dari: http://id.wikipedia.org/wiki/Broery_Marantika

tentang Titiek Sandhora

Titiek Sandhora yang bernama asli Oemijati (lahir di Bentar, Bumiayu, Jawa Tengah, 20 Januari 1954; umur 56 tahun) adalah penyanyi dan aktris Indonesia. Rekaman pertama Titik yang menghasilkan lagu Si Boncel. Lagu-lagunya hampir setiap hari diputar di radio, termasuk radio swasta yang baru bertumbuhan di banyak kota pada akhir tahun 1960-an. Seiring dengan itu nama Titiek juga populer.

Duet Sandhora-Muchsin yang terkenal antara lain lewat lagu Halo Sayang, Dunia Belum Kiamat, Pertemuan Adam dan Hawa atau juga Jangan Marah. Di era ketika popularitas lagu hanya ditopang lewat medium radio, lagu-lagu Titik Sandhora-Muchsin benar-benar merakyat di awal 1970-an.

Pasangan Sandhora-Muchsin terbukti paling populer kemudian mereka menikah pada 1972 dan mempunyai tiga anak yaitu Bobby Sandhora, Beby, dan Bella, plus tiga cucu.
Diskografi Lagu dalam piringan hitam / phonograph record

* Boneka dari India
* Mawar Berduri
* Dunia Milik Berdua
* Percaya Harapan dan Cinta
* Hatimu hatiku
* Adam dan Hawa
* Ke Binaria
* Mustika
* Mencari
* Keagungan Tuhan
* Perasaan yang Ditinggal
* Termenung

Album

* Si Boncel (Remaco. RL-079)
* Si Kumis (Remaco. RL-085)
* Merantau (FBC. EP-8001)
* Fujiyama (Mutiara. MLL-014)
* Si Jago Mogok (Mutiara. MLL-017)
* Tante Cerewet (Mutiara.MLL-019)
* Si Cantik Jelita (China No Yoro) (Mutiara. MLL-023)
* Si Jaket Biru (Mutiara. MLL-034)
* Mimpi Dirayu (Mutiara. MLL-065)
* Mirip Boneka (J&B. JBL 28834)
* Hati Selembut Salju -Pop dan dangdut. (Flower Sound)
* Golden Hits Titiek Sandora
* Tembang Kenangan 2

Album kompilasi

* Keroncong Aneka Warna. (Mutiara. MLL-024)

Album duet

* Seuntai Bunga bersama Muchsin (Indra. AKL-043)
* Biarkan Kumenangis (bersama Muchsin -Mutiara. MLL-032)
* Mencari (bersama Muchsin. -Mutiara. MLL-051)
* Tong Kosong – Kroncong Jawa volume 3.(bersama Mus Mulyadi -Indra.AKL-073)
* Percaya Harapan dan Cinta (bersama Muchsin -Remaco.RLL-658)

Filmografi

* Awan Djingga (1970)
* Dunia Belum Kiamat (1971)
* Bundaku Sayang (1973)
* Lagu Untukmu (1973)
* Si Janda Kembang (1973)
* Yatim (1973)
* Permata Bunda (1974)
* Kasih Sayang (1974))
* Seruling Senja (1974)
* Surat Undangan (1975)
* Ali Topan Anak Jalanan (1977)
* Penasaran (1977)

sumber: wikipedia

tentang Benyamin S

Sejarah Benyamin S

dikutip dari: http://betawi.blogsome.com/2005/03/24/biografi-singkat-benyamin-sueb/

Benyamin S lahir di Kemayoran, 5 Maret 1939. Benyamin Sueb memang sosok panutan. Kesuksesan di dunia musik dan film membuat namanya semakin melambung. Lebih dari 75 album musik dan 53 judul film yang ia bintangi adalah bukti keseriusannya di bidang hiburan tersebut.

Dalam dunia musik, Bang Ben (begitu ia kerap disapa) adalah seorang seniman yang berjasa dalam mengembangkan seni tradisional Betawi, khususnya kesenian Gambang Kromong. Lewat kesenian itu pula nama Benyamin semakin popular.

Tahun 1960, presiden pertama Indonesia, Soekarno, melarang diputarnya lagu-lagu asing di Indonesia. Pelarangan tersebut ternyata tidak menghambat karir musik Benyamin, malahan kebalikannya. Dengan kecerdikannya, Bang Ben menyuguhkan musik Gambang Kromong yang dipadu dengan unsur modern.
Kesuksesan dalam dunia musik diawali dengan bergabungnya Benyamin dengan satu grup Naga Mustika. Grup yang berdomisili di sekitar Cengkareng inilah yang kemudian mengantarkan nama Benyamin sebagai salah satu penyanyi terkenal di Indonesia.
Selain Benyamin, kelompok musik ini juga merekrut Ida Royani untuk berduet dengan Benyamin. Dalam perkembangannya, duet Benyamin dan Ida Royani menjadi duet penyanyi paling popular pada zamannya di Indonesia. Bahkan lagu-lagu yang mereka bawakan menjadi tenar dan meraih sukses besar. Sampai-sampai Lilis Suryani salah satu penyanyi yang terkenal saat itu tersaingi.
Orkes Gambang Kromong Naga Mustika dilandasi dengan konsep musik Gambang Kromong Modern. Unsur-unsur musik modern seperti organ, gitar listrik, dan bass, dipadu dengan alat musik tradisional seperti gambang, gendang, kecrek, gong serta suling bambu.
Setelah Orde Lama tumbang, yang ditandai dengan munculnya Soeharto sebagai presiden kedua, musik Gambang Kromong semakin memperlihatkan jatidirinya. Lagu seperti Si Jampang (1969) sukses di pasaran, dilanjutkan dengan lagu Ondel-Ondel (1971).
Lagu-lagu lainnya juga mulai digemari. Tidak hanya oleh masyarakat Betawi tetapi juga Indonesia. Kompor Mleduk, Tukang Garem, Bang Puase, dan Nyai Dasimah adalah sederetan lagunya yang laris di pasaran.
Terlebih setelah Bang Ben berduet dengan Bing Slamet lewat lagu Nonton Bioskop, nama Benyamin menjadi jaminan kesuksesan lagu yang akan ia bawakan.
Setelah Ida Royani hijrah ke Malaysia tahun 1972, Bang Ben mencari pasangan duetnya. Ia menggaet Inneke Kusumawati dan berhasil merilis beberapa album, seperti Djanda Kembang, Semut Djepang, Sekretaris, Penganten Baru dan Palayan Toko.
Lewat popularitas di dunia musik, Benyamin mendapatkan kesempatan untuk main film. Kesempatan itu tidak disia-siakan. Beberapa filmnya, seperti Banteng Betawi (1971), Biang Kerok (1972), Intan Baiduri serta Si Doel Anak Modern (1977) yang disutradari Syumanjaya, semakin mengangkat ketenarannya.
Pada akhir hayatnya, Benyamin juga masih bersentuhan dengan dunia panggung hiburan. Selain main sinetron/film televisi (Mat Beken dan Si Doel Anak Sekolahan) ia masih merilis album terakhirnya dengan grup Gambang Kromong Al-Hajj bersama Keenan Nasution. Lagu seperti Biang Kerok serta Dingin-dingin menjadi andalan album tersebut.
Benyamin meninggal dunia seusai main sepakbola pada tanggal 5 September 1995, akibat serangan jantung.

tentang Deep Purple

Deep Purple adalah kelompok hard rock Inggris yang dianggap sebagai salah satu pelopor musik heavy metal bersama dengan Led Zeppelin dan Black Sabbath.
Cikal bakal Deep Purple merupakan kreasi dari Jon Lord yang sebelumnya bermain untuk The Flowerpot Man bersama rekan pemusik lainnya, Chris Curtis, dan seorang pengusaha yang mencoba menjadi produser musik, Tony Edwards. Pada Bulan Desember 1967, Curtis merekrut Ritchie Blackmore yang ketika itu sedang mencoba nasib di Jerman bersama Neil Christian And The Crusaders.

Sebelum di Jerman, Blackmore pernah bergabung dengan The Outlaws dan Screaming Lord Sutch And The Savages. Lagu "The Address" dan "Mandrake Root" ditulis pada pertemuan pertama Blackmore dan Lord. Tak lama kemudian bergabung pula rekan pemetik bas Lord di The Flowerpot Man, Nick Simper. Untuk mengisi posisi vokalis serta penabuh drum, Lord dan Blackmore merekrut Rod Evans dan Ian Paice. Setelah sempat menamakan diri sebagai Roundabout, bulan Maret 1968 mereka resmi menjadi Deep Purple.

Sebelum memutuskan nama Deep Purple Nama nama lain yang sempay di usulkan sebagai nama band adalah "Orpheus", "Concrete God", juga nama "Sugarlump". Pada suatu pagi, Ritchie mengusulkan nama "Deep Purple" karena itu nama lagu favorit neneknya, yang cukup populer pada tahun 1920-an dan menjadi hit kelompok Nino Tempo And April Steven tahun 1963.
Pada tahun 1969, nasib Simper dan Evans didepak secara tiba-tiba oleh Blackmore, Lord, dan Paice. Richtie keluar-masuk pub untuk mencari pengganti. Akhirnya, dia terkesan dengan dua personel Episode Six, Ian Gillan serta Roger Glover.

karena sering gonta ganti personel Maka Deep Purple dikelompokkan dalam formasi Mark disingkat MK untuk masing-masing formasi.
dengan perincian sebagai berikut :



Mk I
(1968-1969) • Rod Evans - vocals
• Ritchie Blackmore - guitar
• Jon Lord - keyboards
• Nick Simper - bass guitar
• Ian Paice - drums

• Mk I, mengeluarkan album :
o Shades of Deep Purple, September 1968 #24 US
o The Book of Taliesyn, Desember 1968 #54 US
o Deep Purple, November 1969 #162 US



Mk II
(1969-1973) • Ian Gillan - vocals
• Ritchie Blackmore - guitar
• Jon Lord - keyboards
• Roger Glover - bass guitar
• Ian Paice - drums

• Mk II, Mengeluarkan album piringan hitam / phonograph record :
o Deep Purple in Rock, Juni 1970 #4 UK, #143 US
o Fireball, September 1971 #1 UK, #32 US
o Machine Head, Maret 1972 #1 UK, #7 US
o Who Do We Think We Are, Februari 1973 #4 UK, #15 US




Mk III
(1973-1975) • David Coverdale - vocals
• Ritchie Blackmore - guitar
• Jon Lord - keyboards
• Glenn Hughes - bass guitar,vocals
• Ian Paice - drums

• Mk III, Mengeluarkan album :
o Burn, Februari 1974 #3 UK, #9 US
o Stormbringer, Desember 1974 #6 UK, #20 US



Mk IV
(1975-1976) • David Coverdale - vocals
• Tommy Bolin - guitar
• Jon Lord - keyboards
• Glenn Hughes - bass guitar,vocals
• Ian Paice – drums
Formasi inilah yang konser di Stadion utama senayan pada
Tanggal 5 desember 1975.

• Mk IV , mengeluarkan album :
o Come Taste the Band, Oktober 1975 #19 UK, #43 US




(1976-1984) Deep Purple mengalamai masa vakum.




Mk IIa, reunited
(1984-1989) • Ian Gillan - vocals
• Ritchie Blackmore - guitar
• Jon Lord - keyboards
• Roger Glover - bass guitar
• Ian Paice - drums

• Mk IIa, mengadakan Reuni dan melahirkan album :
o Perfect Strangers, November 1984 #5 UK, #17 US
o The House of Blue Light, Januari 1987 #10 UK, #34 US



Mk V
(1989-1991) • Joe Lynn Turner - vocals
• Ritchie Blackmore - guitar
• Jon Lord - keyboards
• Roger Glover - bass guitar
• Ian Paice - drums

• Mk V, mengeluarkan album :
o Slaves & Masters, Oktober 1990 # 45 UK, #87 US



Mk IIb, again reunited
(1992-1993) • Ian Gillan - vocals
• Ritchie Blackmore - guitar
• Jon Lord - keyboards
• Roger Glover - bass guitar
• Ian Paice - drums

• Mk IIb, mengadakan Reuni lagi dan menghasilkan album :
o The Battle Rages On, Juli 1993 #21 UK, #192 US



Mk VI
(1993-1994) • Ian Gillan - vocals
• Joe Satriani - guitar
• Jon Lord - keyboards
• Roger Glover - bass guitar
• Ian Paice - drums

MK VI ini tidak mengeluarkan album.



Mk VII
(1994-2002) • Ian Gillan - vocals
• Steve Morse - guitar
• Jon Lord - keyboards
• Roger Glover - bass guitar
• Ian Paice - drums

• Mk VII, mengeluarkan album :
o Purpendicular, Februari 1996 #58 UK
o Abandon, Mei 1998 #76 UK



Mk VIII
(2002-present) • Ian Gillan - vocals
• Steve Morse - guitar
• Don Airey - keyboards
• Roger Glover - bass guitar
• Ian Paice - drums

• Mk VIII , mengeluarkan album :
o Bananas, Agustus 2003
o Rapture of the Deep, Oktober 2005 #81 UK
o Rapture of the DeepEdisi Spesial 2 CD , Juni 2006


41 tahun sudah para legenda Rock ini malang melintang dalam percaturan musik Rock, dan album juga Hit-2nya tak lekang oleh jaman. kaset dan CDnya masih diburu oleh para kolektor dan penikmat musik.
Lagu-lagunya sangat kuat baik dari segi lirik maupun musikalitasnya.




Madiun, 27/07/2009
arif gumantia
Creator Grup Legenda Rock di FB
Dikutip dari: http://kalbukita.blogspot.com/2009/07/sejarah-singkat-deep-purple.html

tentang Koes Plus 2

Sejarah Panjang Koes Plus

Sumber Majalah Top No 26 dan http://tosuto.blogspot.com/2009/02/kisah-panjang-koesplus_18.html

KOES PLUS memulai kisah perjalanannya yang panjang di dunia musik dengan band Teen Ager’s Voice yang dibentuk Tonny Koeswoyo sekitar tahun 1952.Setelah bertukar nama menjadi Irama Remaja dengan anggotanya Sophan Sophian ,band ini terpaksa dikubur untuk kemudian Koes & Bros. Dalam grup terbaru anak2 pak Koeswoyo itu terselip pula nama Jan Mintaraga yang sekarang dikenal sebagai pelukis komik.
Pada tahun 1960 nama Koes & Bros dirubah menjadi Koes Bersaudara dengan formasi Koestono Koeswoyo (melodi),Koesnomo Koeswoyo ( drum),Koesjono Koeswoyo (rhytem,vocal),Koesroyo Koeswoyo ( bass,vocal). Nama2 ini kemudian dikenal sebagai Tonny,Nomo,Jon dan Jok: yakni 4 dari 9 putra-putri(yang seorang telah meninggal) pak Koeswoyo pensiunan Departemen Dalam Negri.
Dua tahun kemudian Koes Bersaudara mendapat kesempatan merekam lagu2nya diperusahaan piringan hitam Irama milik Mas Yos (El-Shinta) dengan juru rekamnya Freddy Bulek. Tidak kurang dari 20 lagu2 Koes Bersaudara membombardir kehebatan “patah hati”nya Rahmat Kartolo yang waktu itu menguasai pasaran musik Pop Indonesia. Dengan bermodalkan lirik dan melodi yang sederhana,kuat dan komunikatif: anak2 pak koeswoyo itu berhasil menarik perhatian public.Dalam bahasa iklan dapatlah dikatakan perhatian pendengar beralih kepada mereka. Namanya terkatrol naik ketempat teratas lewat lagu2 manis seperti: Dara manisku,Bis Sekolah,Pagi yang Indah,Telaga Sunyi da Kuduslah cintaku. Udara musik Indonesia mulai dihimbau oleh keserasian duet Jon dan Jok yang mengingatkan orang pada penyanyi Everly Brothers. Pengaruh “luar “ itu bukan saja hinggap pada gaya nyanyi mereka tapi juga pada lagunya. Kita lihat misalnya lagu Di pantai Bali yang dijiplak mentah2 dari sebuah lagu Hawaii.












Koes Bersaudara di Tuban

Gaya main yang tenang mengasyikkan dari Koeswoyo Junior kian memanas ketika wabah Beatles merasuki mereka.Tonny,Nomo,Jon dan Jok bergoyang2 diombang-ambingkan lagu Jhon lennnon cs. Tanpa terbendung lagi mereka terbawa arus musik “ kontra revolosioner” hingga masuk dalam kamar 15 penjara Glodok selama 3 bulan dan baru melihat dunia bebas lagi 2 hari menjelang meletusnya Gestapu.
Pengalaman pahit itu merupakan kenangan yang paling berharga dalam perjalanan karirnya di dunia musik: yang disertai juga rasa bangga dihati Koes Bersaudara, karena baru band merekalah yang mendapat kesempatan disebut2 dalam pidato kenegaraan Bung Karno. Dan itu terjadi pada 17 Agustus 1965: “…..Jangan seperti kawan2mu Koes Bersaudara. Masih banyak lagu2 Indonesia, kenapa musti Elvis-Elvisan?.....”
Oleh2 dari bui direkamnya dalam plat ebonite. Keluarlah lagu sendu seperti: Mengapa hari telah gelap,Di dalam Bui,Balada Kamar 15, Jadikanlah aku dombamu, Voorman,Untuk ayah dan Ibu. Dalam periode itu nyata sekali kelebihan mereka. Meski gaya Beatles masih mengganduli Koes Bersaudara tetapi sebagian besar lagu2 yang lahir sesudah lepas dari bui itu terpengaruh oleh bule lain: Bee Gees.
Dalam rangkaian ini pula mereka menelurkan lagu2 berhasa Inggris-nya seperti : Tree little word, The Land of evegreen dan The Old Man.
Tahun2 1968-1969 merupakan saat2 surut bagi Koes Bersaudara. Perbedaan pendapat yang diawali pada 1968 antara Tonny Koeswoyo dan adiknya Nomo kian meruncing. Nomo yang rupanya berjiwa bisnis itu menginginkan agar Koes Bersaudara tidak mengandalkan hiduonya pada musik melulu, harus ada usaha lain. Pendapat ini tidak disetujui, akhirnya di tahun 1969 mereka menempuh jalanya sendiri2. Nomo menjadi pedagang,
Sedangkan Tonny bersama adik2nya yang lain meneruskan karirnya di bidang musik. Lahirlah kemudian nama KOES PLUS dengan Murry ( ex. Band Patas milik Kejaksaan ) sebagai faktor plusnya menggantikan kedudukan Nomo sebagai drumer.
Peralihan arah hidup Nomo kebidang dagang tidak berarti ia melepaskan diri seluruhnya dari musik.Kenangan manis bersama saudara2nya ternyata masih tetap menggayuti hatinya sampai sekarang. Perpaduan antara karir musik dan berbisnis terlaksana juga di th 1974 dalam bentuk yang mencengangkan berbagai pihak. Kenangan masa silam bersama Koes Bersaudara disalurkannya dengan membentuk Grup baru yang diberi nama No Koes dan jiwa bisnisnya tersalurkan dengan kedudukannya sebagai” pengusahan ” rekaman yang kini dikenal dengan nama Yukawi. LP pertama No Koes berjudul Sok Tahu benar2 mengingatkan orang pada Koes Bersaudara pada jaman jayanya dulu. Kerinduan kembalinya Koes Bersaudara masih tetap menjadi cita2 Nomo. Diakhir Juni 1975 yang lalu di Cisarua, hal ini diungkapkan Nomo kembali:” saya yakin pada suatu saat Koes Bersaudar akan kembali dalam bentuk corporation”.
BERTEMU DAN BERPISAH
Penggantian atribut menjadi KOES PLUS membawa Tonny kejenjang yang lebih dewasa. Dibawah naungan nama KOES PLUS itulah beberapa lagunya menjadi populer,antara lain: Kembali ke jakarta dan Derita: dimana Tonny mulai menukarkan gitarnya dengan organ. Album ini disusul dengan album ke 2-nya yang mengorbitkan lagu2 Kisah sedih dihari Minggu, Andaikan kau datang,Hidup yang sepi dan Rahasia hatiku. Sayang album ini dirusak oleh lagu2 semacam pencuri hati,dan jangan selalu marahyang yang lirik dan melodinya berantakan.
Kecenderungan memasukan unsur Jazz dimulai pada album ke2-nya,semakin jelas dialbum berikutnya. Dalam album ke-3 yang judul lagunya banyak menggunakan kata ” hati ” itu kita bisa mendengar lagu2: Selamat berpisah,Isi Hatiku, Hati yang suci dan Kasih yang suci.Di album inilah Murry memperlihatkan kemantapanya menabuh drum.
Dalam jarak yang tidak terlampau jauh keluar lagi Album ke -4 KOES PLUS yang memunculkan lagu2 ciptaan Jon (Jeritan hati, Termenung lesu,Bunga ditepi jalan).Jok (Why do you love me,Jangan sedih dan kembalilah) serta Murry dengan lagu ciptaanya Bertemu dan Berpisah.
Di album ke-6 KOES PLUS melemparkan kepasaran kurang dari 6 lagu bersyair bahasa Inggris, yang kesemuanya tidak memenuhi sasaran, yang perlu dicatat disini mungkin hanya lagu Sonya yang dibuat Jok untuk orang yang paling dekat dihatinya Sonya Tulaar,istrinya.namun lagu ini 3 tahun kemudian 1974 menimbulkan kenangan pahit bagi Jok: sonya tewas akibat kecelakaan mobil.
Pada th 1972 KOES PLUS melakukan sesuatu yang baru dalam musiknya. Eksperimannya dalam menonjolkan beat keroncong dan beat topeng yang disisipkan tetabuhan,cukup menimbulkan rasa girang.Hal itu bisa kita nikmati dari lagu2nya Kr. Pertemuan dan Mari-mari.Sampai dengan album ini Tonny masih menyeret ciri bermanis2nya seperti yang terungkap dalam lagu2: Malam yang indah,Manis dan sayang serta Nama yang manis.Dan untuk kesekian kalinya KOES PLUS gagal membawakan lagu2 bersyair bahasa Inggris. Bukan saja lagunya tidak sedap didengar telinga tapi juga lidah jawa KOES PLUS tidak pernah klop dengan lagu2 berbahasa Inggris.” saya selamanya segan nyanyi lagu2 Barat, tapi saya seolah dibayangi terus oleh para penggemar kami yang menginginkan kami menyanyikan lagu tersebut” ucap Tonny 3 tahun yang lalu.
Tahun 1973 ditandai oleh adanya lingkungan hidup baru bagi grup paling beken di Indonesia itu, yang ternyata membawa kecemerlangan materi bagi individu2 KOES PLUS. Di Th 1973 itulah mereka pindah kandang dari fabrik PH Dimita ke perusahaan rekaman Remaco. Perpindahan ini membawa pengaruh besar bagi KOES PLUS: betapa tidak jika tadinya mereka terbiasa oleh sistem 2 track-nya Dimita kini mereka beralih menggunakan 4 track-nya Remaco dengan headphone yang lebih gede dan anyar.
Untuk pertama kalinya pada 23 Juli ’73 mereka mulai mencetak lagu2nya di Remaco yang hasilnya dikenal sebgai LP VIII.Antara lain berisi lagu2:Kolam Susu dan Nusantara II. Di Remaco inilah dimulai seri Nusantara-nya Koes Plus.Sedangkan lagu Kolam Susu cukup diberi anggukan kepala dari sekian banyak perbauran lagu2 KOES PLUS yang bergerak diantara jalur mutu dan komersil.
Bagi KOES PLUS hasil LP ini lebih dari cukup,yang membuat iri rekan2 seprofesi lainnya.Betapa tidak begitu selesai mereka merekam LP VIII-nya, mobil Merc 220 model terakhir (waktu itu ) telah nongkrong dalam garage markas KOES PLUS di Cipete, menggantikan kedudukan Fiat 1400-nya.
Melihat Kolam Susu-nya orang tadinya berharap KOES PLUS menjadi pelopor sebagai pembuat lagu2 yang berbobot dan komersil. Sebab dengan mendengarkan Kolam susu KOES PLUS itu, segolongan anak muda mulai menaruh kepercayaan akan omongan yang pernah dilontarkan Paul Simon bahwa: ” musik bukan hanya sekedar teriak2 kosong anti perang, tapi musik sama halnya dengan syair merupakan ekpresi pribadi, bukan produk dari suatu golongan manapun monopoli orang2 industri atau cukong rekaman ”. Namun harapan muluk yang digantungkan kepada Koes Plus itu lenyap disapu salju Christmas Song 1973 yang teramat jelek.
Sejak saat itulah roda mesin KOES PLUS diputar semakin cepat untuk memenuhi target fabrikan. Dalam hitungan waktu yang amat pendek berhamburanlah produk2 mereka: ada Pop jawa, Keroncong Pop,Pop anak2 dan Pop Melayu ( dimulai akhir Juli 1974 ) yang masing2 ber- volume2. Belum lagi volume berikutnya:9,10,11,12 dan yang terakhir vol.13 yang diseling lebih dulu oleh LP lagu2 berbahasa Inggrisnya ( Another song for you ) yang rusak.
Sebandingkah antara hasil yang diperoleh KOES PLUS dengan ”Pengorbanan” tenaga, pikiran dan perasaan yang dipertaruhkannya? Tanpa disadari mereka sebenarnya hanya menjadi sapi perahan para cukong rekaman.Dilihat sepintas lalu angka 5 juta yang disodorkan sebagai pelepas lelah pembikinan sebuah LP memang besar. Tapi coba jumlah ini dibandingkan dengan apa yang berhasil dikeduk si cukong itu. Jika sebuah LP diproduksi sebanyak 100 ribu kaset seharga @ Rp.500,- (harga eceran Rp.700,-) maka dalam hitungan kasar ia menghasilkan Rp. 50 juta. Perbedaanya terlalu menyolok. Ini namanya bukan symbiose tapi parasitis.
Kami kira 15 tahun suah cukup lama bagi KOES PLUS menyibukan diri mengeduk duit. Kini tiba saatnya mereka menyiapkan diri dalam membuat lagu2 yang lebih berbobot. Modal ada, kemampuan ada dan pengalaman pun sudah cukup matang.Apa lagi dan kapan lagi.

tentang Koes Plus


dikutip dari: http://students.ou.edu/S/Budi.Santosa-1/sejarah.htm

Legenda Musik Pop Indonesia

Kesederhanaan penampilan anggota Koes baik dipanggung maupun dalam kehidupan sehari-hari secara tidak langsung telah menambah simpati penggemarnya

Pilihan nadanya yang manis, syairnya yang sederhana, musiknya yang harmonis secara simultan membuat lagu-lagu Koes Plus enak didengar dan sukar dicari tandingannya dalam blantika musik Indonesia.

Koes Plus adalah kelompok musik paling legendaris di Indonesia. Puluhan lagu, bahkan ratusan, lahir dari kelompok musik ini, dari yang versi pop, pop jawa, irama melayu, dangdut, pop anak-anak, lagu berbahasa Inggris, irama keroncong, folk song, dan hard beat. Baru-baru ini namanya diabadikan sebagai kelompok Musik dengan lagu terbanyak di Museum Record Indonesia (MURI).

Lagu-lagu mereka bukan tipe lagu rumit seperti halnya lagu-lagu tua dari Genesis, Deep Purple atau Queen atau lagu-lagu pop masa kini. Lagu mereka sungguh sederhana baik dalam syair, musik, maupun melodi. Ciri khasnya adalah perpaduan suara antara vokalis mereka ( Yon dan Yok) yang khas. Lagu-lagu mereka masih tetap digemari sampai sekarang. Bahkan banyak dibawakan oleh penyanyi lain dengan aransemen baru.

Sebagai contoh Lex's Trio membuat album yang khusus menyanyikan ulang lagu-lagu Koes Plus, Cintamu T'lah Berlalu yang dinyanyikan ulang oleh Chrisye, Manis dan Sayang yang dibawakan oleh Kahitna. Sampai sekarang Koes Plus masih eksis walaupun tinggal 2 anggotanya (Yon dan Murry) yang aktif ditambah musisi lain dari luar. Tetapi kebanyakan mereka hanya menyanyikan lagu-lagu lama.

Dalam suatu acara Mengenang Koes Plus di RCTI (sekitar tahun 1995), seseorang dari jajaran direksi Remaco bernama Eugene Timothy (yang banyak merekam lagu Koes Plus) menyatakan bahwa sampai sekarang tidak ada kelompok musik yang beat-beatnya seperti Koes Plus. Mungkin dia ingin mengatakan bahwa lagu-lagu Koes Plus yang sederhana itu iramanya gampang diikuti dan enak didengar.

Para penggemar Koes Plus harus menunggu-nunggu di depan TVRI (kala itu tidak ada TV Swasta) begitu mengetahui bahwa Koes Plus bakal tampil di acara televisi. Kelompok ini dibentuk pada tahun 1969, sebagai kelanjutan dari kelompok Koes Bersaudara. Koes Bersaudara menjadi pelopor musik pop and rock 'n roll, bahkan pernah dipenjara karena musiknya yang dianggap mewakili aliran politik kapitalis. Di saat itu sedang garang-garangnya gerakan anti kapitalis di Indonesia.

Dari kelompok Koes Bersaudara ini lahir lagu-lagu yang sangat populer seperti Bis Sekolah, Di Dalam Bui, Telaga Sunyi, Laguku Sendiri dan masih banyak lagi. Satu anggota Koes Bersaudara, Nomo Koeswoyo keluar dan digantikan Murry sebagai drummer. Walaupun penggantian ini awalnya menimbulkan masalah dalam diri salah satu personalnya yakni Yok yang keberatan dengan orang luar. Nama Bersaudara seterusnya diganti dengan Plus, artinya plus orang luar: Murry.

Sebenarnya lagu-lagu Koes Bersaudara lebih bagus dari segi harmonisasi ( seperti lagu Telaga Sunyi, Dewi Rindu atau Bis Sekolah) dibanding lagu-lagu Koes Plus. Saat itu Nomo, selain bermusik juga mempunya pekerjaan sampingan. Sementara Tonny menghendaki totalitas dalam bermusik yang membuat Nomo harus memilih. Akhirnya Koes Bersaudara harus berubah. Kelompok Koes Plus dimotori oleh almarhum Tonny Koeswoyo (anggota tertua dari keluarga Koeswoyo).

Koes Plus dan Koes Bersaudara harus dicatat sebagai pelopor musik pop di Indonesia. Sulit dibayangkan sejarah musik pop kita tanpa kehadiran Koes Bersaudara dan Koes Plus.Tradisi membawakan lagu ciptaan sendiri adalah tradisi yang diciptakan Koes Bersaudara. Kemudian tradisi ini dilanjutkan Koes Plus dengan album serial volume 1, 2 dan seterusnya.

Begitu dibentuk, Koes Plus tidak langsung mendapat simpati dari pecinta musik Indonesia. Piringan hitam album pertamanya sempat ditolak beberapa toko kaset. Mereka bahkan mentertawakan lagu Kelelawar yang sebenarnya asyik itu.

Kemudian Murry sempat ngambek dan pergi ke Jember sambil membagi-bagikan piringan hitam albumnya secara gratis pada teman-temannya. Dia bekerja di pabrik gula sekalian main band bersama Gombloh lewat group Lemon Trees. Tonny yang kemudian menyusul Murry untuk diajak kembali ke Jakarta. Baru setelah lagu Kelelawar diputar di RRI orang lalu mencari-cari album pertama Koes Plus. Beberapa waktu kemudian lewat lagu-lagunya Derita, Kembali ke Jakarta, Malam Ini, Bunga di Tepi Jalan hingga lagu Cinta Buta, Koes Plus mendominasi musik Indonesia waktu itu.

"Seandainya kelompok ini lahir di Inggris atau AS bukan tidak mungkin akan menggeser popularitas Beatles"

Lagu Nusantara I (Volume 5), Oh Kasihku (Volume 6), Mari-Mari (Volume 7), Diana dan Kolam Susu ( Volume 8) merajai musik pop waktu itu. Puncak kejayaan Koes Plus terjadi ketika mereka mengeluarkan album Volume 9 dengan lagu yang sangat terkenal Muda-Mudi (yang diciptakan Koeswoyo, bapak dari Tonny, Yon dan Yok). Disusul lagu Bujangan dan Kapan-Kapan dari volume 10. Masih berlanjut dengan lagu Nusantara V dari album Volume 11 dan Cinta Buta dari album Volume 12. Bersamaan dengan itu Koes Plus juga mengeluarkan album pop Jawa dengan lagu yang dikenal dari tukang becak, ibu-ibu rumah tangga, hinga anak-anak muda, yaitu Tul Jaenak dan Ojo Nelongso. Belum lagi lagu mereka yang berirama melayu seperti Mengapa, Cinta Mulia dan lagu keroncongnya yang berjudul Penyanyi Tua.

Sayang sekali di setiap album yang mereka keluarkan tidak ada dokumentasi bulan dan tahun, sehingga susah melacak album tertentu dikeluarkan tahun berapa. Bahkan tidak ada juga kata-kata pengantar lainnya. Album mereka baru direkam secara teratur mulai volume VIII setelah ditandatangani kontrak dengan Remaco. Sebelumnya perusahaan yang merekam album-album mereka adalah Dimita.

Pada tahun 1972-1976 udara Indonesia benar-benar dipenuhi oleh lagu-lagu Koes Plus. Baik radio atau orang pesta selalu mengumandangkan lagu Koes Plus. Barangkali tidak ada orang-orang Indonesia yang waktu itu masih berusia remaja yang tidak mengenal Koes Plus. Kapan Koes Plus mengeluarkan album baru selalu ditunggu-tunggu pecinta Koes Plus dan masyarakat umum.

Tahun 1972 Koes Plus sempat menjadi band terbaik dalam Jambore Band di Senayan. Semua peserta menyanyikan lagu Barat berbahasa Inggris. Hanya Koes Plus yang berani tampil beda dengan menyanyikan lagu Derita dan Manis dan Sayang.

Dari informasi yang dikirim seorang penggemar Koes Plus, ternyata prestasi Koes Plus memang luar biasa. Pada tahun 1974 Koes Plus mengeluarkan 22 album termasuk album instrumentalia. Jadi rata-rata mereka mengeluarkan 2 album dalam satu bulan. Tahun 1975 ada 6 album. Kemudian tahun 1976 mereka mengeluarkan 10 album. Mungkin rekor ini pantas dicatat di dalam Guinness Book of Record. Dan hebatnya, lagu-lagu mereka bukan lagu asal jadi, tetapi memang hampir semua enak didengar. Bukti ini merupakan jawaban yang mujarab karena banyak yang mengkritik lagu-lagu Koes Plus cuma mengandalkan tiga jurus: kunci C-F-G.

Karena banyak jasanya dalam pengembangan musik, masyarakat memberikan tanda penghargaan terhadap prestasinya menjadi kelompok legendaris dengan diberikannya tanda penghargaan melalui "Legend Basf Award, tahun 1992.Prestasi yang dimiliki disamping masa pengabdiannya dibidang seni cukup lama, produk hasil ciptaan lagunya pun juga memadai karena sejak tahun 1960 sampai sekarang berhasil menciptakan 953 lagu yang terhimpun dalam 89 album. Prestasi hasil ciptaan lagu untuk periode kelompok Koes Bersaudara sebanyak 203 lagu (dalam 17 album),sedang untuk periode kelompok Koes Plus sebanyak 750 lagu dalam 72 album (Kompas,13 September 2001).

Salah satu anggota Koes Plus mengatakan bahwa mereka dibayar sangat mahal pada masa jayanya. Yon mengungkapkan bahwa pada tahun 1975 mereka manggung di Semarang. "Waktu itu pada tahun 1975, kami telah dibayar Rp 3 juta saat pentas di Semarang," kenang dia. Padahal, saat itu harga sebuah mobil Corona tahun 1975 kira-kira Rp 3,750 juta. Bila dikurs saat ini bayaran tersebut kurang lebih sama dengan Rp 150 juta.(Suara Merdeka, 4 Mei 2001)

''Waktu itu, Rp 3,5 juta sangat tinggi, mengingat mobil sedan baru Rp 3 juta. Jika dikurskan dengan nilai uang sekarang, jumlah itu sama dengan Rp 200 juta sampai Rp 300 juta. Jumlah penonton melimpah ruah tidak seperti sekarang,'' kenang Yon. (Suara Merdeka 23, Oktober 2001).

Setelah itu popularitas Koes Plus mulai redup. Mungkin karena generasi sudah berganti dan selera musiknya berubah. Koes Plus vakum sementara dan Nomo masuk lagi menggantikan Murry, sekitar akhir 1976-an.

Koes Bersaudara terbentuk lagi dan langsung ngetop dengan lagunya Kembali yang keluar tahun 1977. Murry bersama groupnya Murry's Group juga cukup menggebrak dengan lagunya Mamiku-papiku. Tidak bertahan lama tahun 1978 kembali terbentuk Koes Plus. Lagu barunya, Pilih Satu juga langsung populer. Setelah itu keluar lagu Cinta, dengan aransemen orchestra, yang benar-benar berbeda dengan lagu Koes Plus yang lain. Kemudian populer juga album melayu mereka yang memuat lagu Cubit-Cubitan dan Panah Asmara. Tetapi Koes Plus generasi ini tidak lagi sepopuler sebelumnya. Walaupun, kalau disimak lagu-lagu yang lahir setelah 1978, masih banyak lagu mereka yang bagus.

Nasib Koes Plus kini sangat tragis. Seperti kata Yon suatu ketika bahwa Koes Plus hanya besar namanya tetapi tidak punya apa-apa. Ucapan ini memang pas untuk mewakili keadaan personel Koes Plus. Mereka tidak mendapatkan uang dari hasil penjualan kaset yang berisi lagu-lagu lama mereka. Tidak seperti para penyanyi/pemusik masa kini yang gaya hidupnya wah karena dari segi finansial pendapatannya sebagai penyanyi/pemusik cukup terjamin. Begitu juga bekas group-group tersohor seperti Beatles, atau Led Zeppelin, mereka hidup dengan enak hanya dari royalti kaset/VCD/CD/DVD yang mereka hasilkan.Sampai anak-anak dan istri mereka pun menikmati kelimpahan finansial ini.

Koes Plus hanya dibayar sekali untuk setiap album yang dihasilkan. Tidak ada royalti, tidak ada tambahan fee untuk setiap CD/kaset yang terjual. Maka tidak heran ketika tahun 1992 Yon harus jualan batu akik untuk menghidupi rumah tangganya. Sementara kaset dan CD lagunya masih laris terjual di Indonesia. Sekarang pun di usianya yang ke-63 Yon dan kawan-kawan (Murry beberapa kali tidak tampil karena sakit) membawa nama Koes Plus harus manggung untuk mendapatkan uang. Dengan sisa-sisa suara dan kekuatannya mereka harus menjual suara dan tenaganya. Yon memang tidak merasakan ini sebagai beban. Dia bersyukur lagunya masih dicintai orang. Tetapi kita prihatin mendengar kabar seperti ini.

Terima kasih kepada Wasis Susilo atas info album Koes Plus, Ferry Dwinanto,Mas Ramzis Chandra, Oky Ismono atas gambar Koes Plusnya dan teman-teman lain dari Koes Plus fans club yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Tentang Shocking Blue

History of Shocking Blue
Many don't know it, but the Hague group Shocking Blue were already making records before Mariska Veres entered as their singer in 1968. During that initial period (1967-68), the lineup was: Robbie van Leeuwen (vocals, guitar, ex-Motions), Fred de Wilde (vocals, ex-Hu & Hilltops), Klaasje van der Wal (bass) and Cor van Beek (drums, ex-Sect). In 1968, Fred was replaced by Mariska, who had already made a solo single in 1965. She was discovered by manager Cees van Leeuwen at the jazz festival in Loosdrecht. She already had some group experience, with the Bumble Bees.
With "Venus", Shocking Blue scored an international hit (number one in the U.S.), but, unfortunately, the decay of the group began shortly thereafter. Constant changes in the lineup were to blame, for one thing: in 1970, Leo van de Ketterij came on board, to boost the group as the second guitarist, but he left less than a year later. Also in 1971 Klaasje, who departed to join Antilope, was succeeded by Henk Smitskamp, ex-Sandy Coast. In 1973 Robbie withdrew himself from the position as a lead guitarist, and on stage had to be replaced by Martin van Wijk, ex-Jupiter.
In 1974, the group broke up. Robbie formed Galaxy Lin, a short-lived jazz-rock outfit, and later - another studio outfit Mistral; Cor and Martin went to Lemming; Mariska continued making a number of solo records. Henk went on to join Livin' Blues.
1967 Love is in the air/What you gonna do Polydor S 1248
1968 Lucy Brown is back in town/Fix your hair darling
Pink Elephant PE 22001
Send me a postcard darling/Harley Davidson 22004
LP Polydor 236173
LP Beat with us Karussell 635240
1969 Long and lonesome road/Fireball of love Pink Elephant PE 22007
Venus/Hot sand 22015
Mighty Joe/Wild wind 22029
LP At home 888001
LP Sensational (comp.) Discofoon 7077
1970 Never marry a railroad man/Roll engine roll Pink Elephant PE 22040
Hello darkness/Pickin' tomatoes 22045
Scorpio's dance/Sally was a good old girl promo
LP Scorpio's dance 877002
LP Hello darkness (comp.?) 888007
1971 Shocking you/Waterloo 22050
Blossom lady/Is this a dream 22053
Out of sight out of mind/I like you 22055
LP Shocking you (aka "3rd Album") 877010
1972 Inkpot/Give my love to the sunrise 22604
Rock in the sea/Broken heart 22059
Eve and the apple/When I was a girl 22066
LP Live in Japan 888014
LP Best 888015
LP Inkpot 877018
LP With love (comp.) Capri CA 38
LP Attila Pink Elephant PE 877025
1973 Venus/Mighty Joe/Never marry a railroad man 22063
Oh Lord/Everything that's mine 22741
Let me carry your bag/I saw you in June 22068
LP Ham (same as Dream On Dreamer) 877039
LP Eve and the apple (same as Dream On Dreamer) Polydor 2310260
1974 This America/I won't be lonely long Pink Elephant PE 22812
Good times/Come my way 22846
LP Een groot uur Capri 2CO 57/58
LP Good times Pink Elephant PE 877069
1975 Gonna sing my song/Get it on 22071
LP Golden stars Omega LPX 423
1977 Venus/Hot sand Pink Elephant HP 79733

[28-09-1968]^21*5 LUCY BROWN IS BACK IN TOWN shocking blue
[14-12-1968]^11*7 SEND ME A POSTCARD shocking blue
[08-03-1969]^17*7 LONG LONESOME ROAD shocking blue
[12-07-1969]^3*26 VENUS shocking blue
[29-11-1969]^1*18 MIGHTY JOE shocking blue
[06-06-1970]^1*12 NEVER MARRY A RAILROAD MAN shocking blue
[21-11-1970]^6*8 HELLO DARKNESS shocking blue
[06-03-1971]^12*5 SHOCKING YOU shocking blue
[21-08-1971]^2*10 BLOSSOM LADY shocking blue
[27-11-1971]^6*10 OUT OF SIGHT OUT OF MIND shocking blue
[11-03-1972]^5*9 INKPOT shocking blue
[19-08-1972]^12*5 ROCK IN THE SEA shocking blue
[09-12-1972]^13*8 EVE AND THE APPLE shocking blue
[07-04-1973]^14*5 OH LORD shocking blue
VERES, MARISKA
(1947 - 2006)
Mariska started out in 1964 as a vocalist in Les Mysteres; after that she also sang in the Blue Fighters (1966), Danny & Favourites (1967) and the Motowns (1967). In 1968, she was asked to join Shocking Blue, the outfit in which she found fame all over the world. After the group disbanded in 1974, Mariska made a number of solo-records, sang in Mistral (1978) and also participated in the ill-fated Shocking Blue reunion in 1980.
1965 Topkapi/Is het waar Imperial IH 639
1967 Dag en nacht/Al wordt 't nu winter Philips JF 333893
1975 Take me high/I'm loving you Pink Elephant PE 22091
Tell it like it is/Wait till I get back to you Pink Elephant PE 22099
1976 Lovin' you/You showed me how Pink Elephant PE 22176
Little by little/Help the country Pink Elephant PE 22200
Mach mich frei/Ich liebe doch nur dich Omega 36351
1977 Too young/You don't have to know Scramble SRS 510013
1978 Bye bye to romance/It's a long hard road CNR 141480
1980 Looking out for number one/ ?
1982 Wake up city/In the name of love EMI 5C 006-26780
Dutch charts:
MARISKA VERES
30-8-75 SINGLE 27 3 TAKE ME HIGH
29-11-75 SINGLE tip TELL IT LIKE IT IS
31-7-76 SINGLE 16 6 LOVIN' YOU
20-11-76 SINGLE tip LITTLE BY LITTLE
16-7-77 SINGLE tip TOO YOUNG
SIX YOUNG RIDERS
Robbie van Leeuwen's part-time group, including also Henk Smitskamp and Rene Nodelijk.
1967 Let the circle be unbroken/Count down Havoc SH 128
MISTRAL
Studio group led by Robbie van Leeuwen (ex-Galaxy Lin).

Musicians involved included Rick van der Linden (guesting on keyboards) and Kid van Ettinger (bass).

Vocalists: Sylvia van Asten (1977, member of Funny Face), Marjan Schattelijn (1978), Mariska Veres (1978) and Sheen Milholland (1980). From 1981, Funny Face were occasionally billed as Mistral.
1977 Jamie/Nectar CNR 141421
1978 Starship 109/Love destruction CNR 141455
Neon city/Asphalt CNR 141496
1980 You're my hero/New born butterfly CNR 141619
I feel it/Too late to be sorry CNR 141692
Dutch charts:
MISTRAL
3-12-77 SINGLE 15 8 JAMIE
8-4-78 SINGLE 9 8 STARSHIP 109 [Alarmschijf op 1-4-78]
21-10-78 SINGLE 37 3 NEON CITY
MYSTÈRES
Beat group from The Hague; in 1964, they won the first prize at the talent hunt in Meerrust-Warmond. Also toured Germany. The lead singer was Mariska Veres.
1964 Summertime
BLUE FIGHTERS
The Blue Fighters from The Hague released one flexi-EP. The line-up featured: John Merano (v), Henk Scheepstra (dr), Ed Koetsier (b, to Nicols), Ton van Oudheusden (g) and Rob Poerbo (g). In 1966, they accompanied Mariska Veres (ex-Mystères) for a short while. A year before that, they took part in
the Cabaret der Onbekenden.
1965 EP
________________________________________
THE SHOCKING BLUE STORY
Although glibly labelled by many as one-hit wonders - albeit international ones, due to the US chart-topping success of 'Venus' - Shocking Blue have recently had their music rediscovered and reassessed by critics and public alike.
Though the band reached the peak of their commercial success at the start of the Seventies, their origins lay further back in the diverse, exciting and woefully ignored Dutch scene of the mid-Sixties.
The Dutch beat boom started when Johnny Kendall and the Heralds' version of 'St James' Infirmary' charted in late 1964. Prior to that, most of the home- grown acts to find success had either been wholesome teen stars or guitar instrumental acts in the style of the Shadows.
Many of the leading lights of the beat boom got their start in these guitar groups. In several instances, the groups themselves evolved and changed styles: ZZ and the Maskers dropped the leader's name for several singles and backed Chubby Checker when he was based in the country (after marrying the Netherlands' representative in a Miss World contest!)
While major cities like Amsterdam and Rotterdam all had bands of note, the Hague was undoubtedly the Netherlands' musical hotbed. Almost everything was covered, from cultural outlaws such as Q65, through beat groups such as The Hunters (Focus star Jan Akkerman's first major act) through many pop acts the Sandy Coast and Golden Earring (who at this time could be compared with the Hollies). But one band alone captured the style and energy of British Mod acts like the Small Faces and the Action: that was the Motions.
Robbie van Leeuwen, guitarist, songwriter and effectively leader of Shocking Blue, had previously held a similar position in the Motions in their early hit making phase. Those hits included 'It's Gone', 'Wasted Words' (a paean to Dr. Martin Luther King), 'Every Step I Take' and 'Everything That's Mine' the latter one of the finest slices of Mod/Art Pop produced anywhere in the world.
The Shocking Blue story effectively started when Van Leeuwen left the Motions in 1967 due to conflicts with lead singer Rudy Bennett. He recruited members from other Hague bands for his new group: the line-up for the first Shocking Blue singles, up to and including the first hit, 'Lucy Brown Is Back In Town', was Van Leeuwen (guitar), Fred de Wilde (vocals), Klaasje van de Waal (bass) and Cor van Beek (drums). The single charted well, things were about to change.
About the same time as Lucy Brown's release, fellow Hague band Golden Earring had hit the jackpot with the pure bubblegum of 'Dong Dong Di Ki Di Gi Dong'. A band was hired to play at the party they held to celebrate their first Number 1; named the Bumble Bees, they were fronted by a strong and striking female vocalist. Shocking Blue's manager and publisher both attended the party, and both felt certain this singer would be ideal for their band. The woman in question was Mariska Veres.
The new line-ups' first single, 'Send Me A Postcard', was a runaway success in the Netherlands, while the follow-up 'Long Lonesome Road', also made the domestic Top 20. But it was the third single with Veres that would seal the band's fate. 'Venus' made Number 3 in Holland, but significantly topped the charts in several countries, including Belgium, France, Italy, Spain and Germany.
The record came to the attention of a newly formed American record label, Colossus. The label's head Jerry Ross signed Shocking Blue for the States and was rewarded when 'Venus' hit the top there in February 1970. Ross also signed two other Dutch acts, the Tee Set (formed by former After Tea singer Peter Tetteroo) and the George Baker Selection: the Tee Set's 'Ma Belle Amie' also rose high in the US charts to Number 5, while Baker's biggest hit for Colossus, 'Little Green Bag', was later used on the soundtrack of the 90s film "Reservoir Dogs".
Shocking Blue's follow-up to 'Venus', 'Mighty Joe', made Number 1 in Holland and charted almost everywhere its predecessor had. But the international success 'Venus' had appeared to herald failed to materialise. Although the band was still releasing excellent and often innovative singles and still charting in Europe, Van Leeuwen was dissatisfied and increasingly frustrated by the limits of Shocking Blue's chart success. When mainland European bands once again returned in vogue on the back of ABBA's Eurovision victory, the band failed to capitalise and eventually split.
Mariska Veres continued as a solo singer, Van Leeuwen producing her on songs like 'Too Young' and 'Loving You' (both included as bonus tracks on this compilation), he also enjoyed local success in the mid-Seventies with a group, Galaxy Lin.
But Shocking Blue returned to the fray, albeit for one night only, in 1984 at a Back to the Sixties festival in Den Bosch along with the surviving members of Q65, the Shoes and members of other Hague groups. It proved to be a night to remember: Van Leeuwen still had style, and Veres still had one of the greatest female rock voices: the band's interpretations of Jefferson Airplane's 'Somebody To Love' and 'White Rabbit' were just as strong as their own songs.
The continuing interest in Sixties music, along with the realisation that bands whose mother tongue is not English are as musically valid as British, American and Antipodean acts, has led to an increasing appreciation of Shocking Blue's music. Their songs receive radio and club play, while bands have also covered the songs: the most significant re-recording came from grunge supergroup Nirvana, whose debut release on the Sub Pop label was a version of 'Love Buzz' that's rather different to the one you hear here. 'Venus', meanwhile, has proved to have a life of its own. It's been used in television advertisements, while Bananarama's version equalled the original chart position in the US in 1986.
Photos of the band indicate that Shocking Blue seems to trade on Veres' striking, essentially female appearance. Yet it fails to smack of exploitation simply because of the sheer power of the woman. Much has been made of her ancestry - part-German, part-Hungarian Gypsy, and the resulting dark, sultry features. Here was a woman in control. Her voice had and still has a strength and quality that puts her on a par with other powerful female contemporaries like Julie Driscoll and Grace Slick. Maybe the time has come to acknowledge this fact as we enjoy a collection of Shocking Blue classics.
Lynne Aldridge
Taken from the liner notes of the 1994 CD, "Best of Shocking Blue", Connoisseur label.
dikutip dari: http://www.alexgitlin.com/shocking.htm





Shocking Blue ke Indonesia

Pada tanggal 26 dan 27 Juli 1972, group kenamaan asal negeri Belanda “SHOCKING BLUE” menggelar konser mereka di Taman Ria Jakarta. Tanggal 28 Juli 1972, di Taman Remaja Surabaya, tanggal 30 Juli di Medan.

Untuk konser di Jakarta, pelaksanaanya dilakukan oleh P.T IRTI, dan di Surabaya oleh P.T STAR, dan untuk di Medan oleh P.T MART. Sedangkan untuk sponsor yang mendatangkan ke Indonesia adalah Far East Organization Ltd. Hongkong, yang telah membentuk P.T-P.T tersebut atas kerjasama dengan Pemda yang bersangkutan.

M.B ‘ncek’ Kurniawan
For Jatinegara cla-Rock
Sumber; majalah Aktuil edisi 102, tahun 1972

http://www.facebook.com/note.php?note_id=413391789750

Pencipta Love Buzz

Ada yang suka Lagu Nirvana yg judulnya "Love Buzz"? pastinya yg ngaku anak Grunge dah ga asing lagi donk dengan lagu yg masuk di Album Bleach ini, pasalnya ni lagu gampang banget diingat liriknya, lah cuma 5 baris sih. lagu Dengan distorsi dan riff2 gitar yg kerasa banget kotornya ini biar musiknya susah dicerna tapi mudah diingat lah.......

pastinya pada tau donk siapa pencipta lagu ini? buat yg ngertinya “Grunge itu Nirvana” pasti nebak2 “ni Lagu ciptaan Kurt Cobain kan.....???...siapa Lagi?”

tapi buat yang "Grunge beneran" dan punya or paling ga pernah dengerin album Bleach, pasti tau kalo pencipta Lagu Love Buzz tu "Robby Van Leuween"

tapi siapa ya Robby Van Leuween itu....????

Robby van Leuween adalah anggota dari satu band Blues asal Belanda yg Punya nama "Shocking Blue" belum pernah denger?

ya pastinya blom brur, pasalnya ni Band exist taon 70-an. berdiri pada taon 1967, band ini terdiri dari Robby Van Leuween: Gitar, Fred De Wilde: Vocals, Klasjee Van Der Wall: Bass, Cornelius Van Der Beek: Drum....Namun pada perjalanannya Vokalis ni band diganti ma Mariska Veres, cewek tu.........

lagu mereka yg cukup ngehits n ngebawa mereka ke jalur internasional judulnya "Venus" mereka dah nelurin banyak album Dude (tapi kok gw tetep baru denger mereka ya?)

Nah kembali ke Lagu Love Buzz tadi ya. Love Buzz ada di album Shocking Blue yg judulnya "At Home" pas di album ini vokalisnya dah diganti si-Mariska Veres. cewek loh, jadi versi asli lagu Love Buzz tu dinyanyiin ma cewek, aransemennya yah tau ndirilah sound-sound 70-an kayak gimana. terasa kental banget Lick2 Blues di lagu ini + Dengan tambahan Instrumen "Sitar". yupz, Pada lagu Love Buzz asli ada suara Sitar. pokoknya ga kayak Love Buzz yg dah diaransemen Kurt dah.

masih pada asing dengan Shocking Blue? maklum deh, gw juga baru tau ni. pas gw ngobrak-abrik kaset temen gw gitu, eh ada kasetnya Shocking Blue, katanya punya Om dia gitu. eh gw liat2 ada lagu Love Buzz, penasaran gw dengerin. lah ni lagu jadul banget........

trus kira2 kenapa yah Kurt Mutusin buat ngecover lagu ini trus masuk ke album Bleach? well, maybe kasusnya kayak lagu Season In The Sun. lagu yg Kurt Suka, ya dia Oprek deh....

Yg masih penasaran silakan cari di Wikipedia saja........
dikutip dari: http://arisgrungies.multiply.com/journal/item/10


Vokalis Shocking blue Meninggal karena Kanker

Ingat dengan Shocking Blue ? Ingat Venus ?
Mariska Veres,sang vokalis yang bergabung dengan Shocking Blue sejak tahun
1968 kemarin Sabtu 2 Desember telah meninggal dunia pada usia 59 tahun .Veres
meninggal karena mengidap kanker.
Veres bergabung di Shocking Blue menggantikan vokalis Fred de Wilde yang
masuk dinas militer Belanda di tahun 1968.
Venus adalah masterpiece Shocking Blue(yang riff-nya "minjem" Pinball
Wizzard-nya The Who) yang mencapai hits no.1 dalam Hot 100 Singles Billboard
Februari 1970 dan juga pernah sukses dibawakan Bananarama pada era 80-an serta
meraih posisi no.1 juga di Hot 100 Singles Billboard.
Tahun 1972,Shocking Blue pernah manggung di Taman Ria Monas Jakarta dengan
opening act-nya The Rollies.Dua setelah ke Jakarta, Veres keluar dari Shocking
Blue untuk bersolo karir dan Shocking Blue pun membubarkan diri.
Di tahun 1984 Shocking Blue sempat melakukan reuni.
Tahun 1993 Mariska bergabung dengan sebuah grup jazz "The Shocking Jazz
Quintet" sebagai vokalis utama.Di tahun 2003 Veres pernah merilis album bersama
Andrei Serban.
Mariska Veres lahir di Den Haag 1 Oktober 1947 Ayahnya Lajos Veres yang
berasal dari Hungaria adalah penggesek biola,ibunya blasteran Prancis dan Rusia.

Koes Plus Vol 4: Bunga Di Tepi Jalan





Koes Plus Volume 4 ”Bunga di Tepi Jalan”

Side a
Malam Ini
Djeritan Hatiku
Kr. Pertemuan
Why Do You Love Me
Bunga di Tepi Djalan
Bertemu dan Berpisah

Side b
Djangan Sedih
Djangan Berulang Lagi
Kembalilah
Kasih Jang Hilang
Termenung Lesu
Hati Orang Siapa Tahu

Recording Engineer: Rachman A
Photo dan Desain: Imam Kartolo
PT Dimita Moulding Industries Ltd PO BOX 1056, Djakarta...
Mesra Record

dah terjual..........

Shocking blue, Scorpio's Dance





Terjual



Shocking Blue


Side A
Scorpio’ Dance
Alaska Country
Sally was A Good Old Girl
Daemon Lover
Scorpio’s Dance


Side B
Little Coolong Planet
I Love Voodoo Music
Seven is A Number in Magic
Keep it if You Wan It
Water Boy



Robbie van Leeuen: Scorpio
Marsika Veres: Libra
Klassje van der Wal: Aquarius
Cornelis van der Beek: Gemini

Original recording and licensed by Penny Farthing Records, England
Manufactured in Australia by Festival Records Pty Limited