Rabu, 07 November 2012

Yuk Berburu Barang Antik

Diversity
Kamis, 01 November 2012 | 01:16:46 WIB


Diversity Palembang
Yuk Berburu Barang Antik!
Yuk Berburu Barang Antik!
DOK
Bagi sebagian orang mungkin barang tua sudah tidak berguna, tetapi tidak bagi pencinta barang antik. Di tangannya barang tersebut makin tua makin mahal harganya. Bagi Anda yang menyukai barang-barang antik, yuk berburu barang antik di Palembang!

Untuk menekuni hobi ini mungkin tidak terlalu sulit, siapa saja bisa menekuni hobi mengoleksi barang-barang antik, yang penting mempunyai kemauan dan perhatian yang lebih terhadap barang tersebut. Bagi seorang kolektor, tidak perlu mengeluarkan biaya yang besar asal memiliki ketelitian dalam merawat barang. Dengan begitu harga barang-barang antik tersebut bisa dihargai tinggi.

Menurut Muhammad Nasir, salah seorang pencinta barang antik, untuk memburu barang antik itu sangat mengasyikkan, bahkan tidak perlu jauh-jauh keluar kota tetapi di Palembang punya tempatnya sendiri untuk memburu barang antik.

Bagi kolektor pemula tentunya ketelitian sangat dibutuhkan karena biasanya barang tersebut memunyai sifat yang sama sehingga kalau tidak teliti bisa saja mendapat barang duplikat. Ada baiknya sering-sering berkonsultasi dengan senior atau orang lebih dulu mencintai barang antik.

"Di Palembang untuk memburu barang antik ini ada di pasar Cinde, biasanya paling ramai pada hari Sabtu maupun Minggu ataupun pada hari libur lainnnya, atau bisa juga ke tempat komunitasnya," ujar Nasir yang ditemui di pusat kolektornya di Jalan Sekip Bendung Lomba Jaya, Gang Jaya No 1606 RT 25 RW 07 Kelurahan 20 Ilir D-II Kecamatan Kemuning.

Berbagai macam barang yang bisa diburu komunitas barang antik ini mulai dari jam, lampu, kamera, kipas angin, pedang, kompas kapal, hingga peralatan kuningan. Beberapa di antaranya merupakan benda yang telah berusia sangat tua seperti keris buatan 1907 dan keramik porselin Tiongkok berusia 700 tahun.

"Bahkan dari barang-barang tersebut ada yang usianya sudah ratusan tahun, dan biasanya barang seperti ini sangat mahal harganya," jelas dia.

Dituturkan Nasir, awal mula dirinya hanya mengoleksi pringan hitam. Saat ini, koleksi piringan hitamnya mencapai ribuan keping, lengkap dengan pick-up (alat pemutar piringan hitam).

Tak hanya album dari artis lokal, seperti Rhoma Irama, Koes Plus, Lilis Surjani, dan D’Lyod, koleksi piringan hitamnya juga ada artis dan grup band asing seperti ABBA dan Deep Purple.

"Nah, kalau koleksi album lagu Benjamin S, saya punya lengkap 15 volume," timpal dia.

Bagi komunitas ini, memburu barang antik ini tergolong unik dan berbeda dengan hobi-hobi lainnya. Tidak seperti membeli barang baru yang lama-kelamaan harganya semakin turun. "Kalau barang antik, semakin tua harganya semakin naik dan mahal, saat beli awal hanya ratusan ribu rupiah, tetapi ketika dijual bisa mencapai jutaan bergantung kondisi dan usianya," terang pria kelahiran Beringin, Muara Enim, Sumatra Selatan.

Dosen Universitas PGRI Palembang ini juga mengaku menjadi kolektor barang antik bukan saja karena hobi tetapi bisa juga karena investasi karena barang itu bukan saja karena bentuk dan umurnya tetapi juga mengandung nilai ekonomis yang sangat tinggi. Apa saja sih yang menentukan nilai barang antik selain dari umurnya?

Kondisi barang tentu menjadi perhatian tersendiri. Seperti barang porselin keramik berupa piring, mangkuk, atau guci bisa berkurang nilai ekonomisnya jika ada bagian yang rusak atau tidak sempurna seperti gompel atau pecah.

Kelengkapan barang antik juga sangat menentukan. "Semakin lengkap perlengkapan barang antik tadi, tentu semakin bagus," jelas Nasir.

Bahkan, pada momen-momen tertentu, harga barang antik bisa ikut naik. "Jika sedang banyak dicari, tentu harga barang antik tadi juga akan terdongkrak naik. Karena banyak faktor yang memengaruhi maka harga yang dipatok di tingkat harga tertentu," tambah dia.

Walaupun barang antik bisa dibeli, bagi para kolektor tidak semua barang antik didapat dengan membeli, melainkan ada juga yang didapat dengan cara barter atau ditukar dengan barang yang diinginkan.

Melihat nilai ekonomisnya yang begitu tinggi, apakah Anda tertarik untuk ikut berburu barang antik? Jika iya, jangan lupa mampir ke pasar Cinde jika Anda sedang di Palembang. PL/R-4

http://koran-jakarta.com/index.php/detail/view01/104439

PH LaMA

http://tvrisumsel.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=1144%3Akoleksi-ribuan-keping-piringan-hitam-karena-rindu-dengan-lagu-lama&catid=45%3Aberita-terbaru

KOLEKSI RIBUAN KEPING PIRINGAN HITAM KARENA RINDU DENGAN LAGU LAMA

E-mail Print PDF
DPP 00040
PALEMBANG,
Piringan hitam yang sempat menjadi tren pada tahun 60-an ini sudah sangat sulit dicari  namun ternyata masih ada orang yang mau mengoleksi piringan hitam yang mencapai ribuan keping tak hanya piringan hitamnya saja, juga lengkap dengan pick up atau alat pemutar piringan hitamnya dari sedikit orang yang mengkoleksi piringan hitam tersebut ialah muhamad nasir, seorang warga yang tinggal di jalan bali sekip ujung palembang  dijelaskan nasir, ia belum begitu lama mengoleksi piringan hitam yakni baru sejak tahun 2005 yang lalu, alasannya ialah karena ia rindu mendengarkan lagu-lagu lama yang pernah ia dengar kala masih kecil, ia pun mencari di internet namun sayangnya tidak lengkap bahkan diantaranya harus membayar cukup mahal bila mengunduhnya akhirnya ia berinisiatif mencari piringan hitam dan ternyata masih cukup banyak di kota Palembang, salah satunya ialah di kawasan cinde menurut nasir, mendengarkan piringan hitam juga memiliki kesan yang berbeda dibanding melalui vcd atau dvd saat ini  karena seolah benar-benar kembali ke tahun 60 an
Dari ribuan keping koleksi piringan hitam nasir diantaranya ialah lagu rhoma irama, koes plus, rahmat kartolo, dan deep purple  adapula lagu-lagu seniman asli palembang seperti kuda laut terbitan pertamina dan alfian sebiduk di sungai musi  muzhar tvri sumsel dan babel mewartakan